Krisis Moneter di Thailand pada 1997 dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia
Soal:
Krisis moneter di Thailand pada 1997 mengakibatkan terjadinya guncangan nilai tukar mata uang di Negara-negara Asia. Deskripsikan dampak krisis moneter di Thailand tersebut terhadap perekonomian Indonesia!
Jawab:
Akibat krisis moneter di Thailand, mata uang rupiah mengalami penurunan yang tajam hingga 9%. Kondisi rupiah yang terus melemah mengakibatkan terjadinya krisis bahan makanan sehari-hari sehingga masyarakat sulit memperoleh makanan pokok. Selain krisis bahan makanan, pelemahan rupiah berdampak pada kebangkrutan perusahan-perusahaan di Indonesia yang diiringi dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Ketergantungan Indonesia terhadap aliran modal asing juga menyebabkan utang luar negeri semakin naik.
Presiden Soeharto lantas kemudian mengundang International Monetary Fund (IMF) untuk membantu mengatasi krisis moneter yang melanda Indonesia. Akan tetapi, usaha tersebut tidak membuahkan hasil karena IMF bersedia mengucurkan dana moneter kepada Indonesia dengan syarat bantuan dana untuk subsidi bahan pokok, listrik , dan BBM dicabut. Kondisi tersebut mengakibatkan sistem perbankan di Indonesia tidak berfungsi dengan baik, sehingga tidak mampu mendorong pertumbuhan sektor riil dan dunia usaha. Persediaan barang, khususnya kebutuhan pokok mengalami kelangkaan. Akibatnya, harga-harga sembako naik secara tajam dan mengakibatkan kepanikan masyarakat selama berbulan-bulan.
Macetnya dunia usaha juga mengakibatkan perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Oleh karena itu, jumlah pengangguran di Indonesia mengalami peningkatan. Ketergantungan Indonesia pada aliran modal asing menyebabkan utang luar negeri menjadi sangat besar. Selain itu, pembangunan yang tidak merata dan maraknya korupsi menyebabkan perekonomian menurun. Pengaruh globalisasi, dominasi kekuatan pasar, lemahnya fundamental ekonomi perusahaan, dan lemahnya kepercayaan dalam negeri adalah faktor-faktor penyebab keterpurukan perekonomian saat itu.
Akibat kondisi perekonomian yang tidak stabil, pemerintah memutuskan mencabut subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang berakibat pada kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik pada 4 Mei 1998. Kenaikan harga ini menyebabkan kekacauan dan kemarahan rakyat sehingga memunculkan aksi protes dan kerusuhan pada bulan Mei 1998. Di tengah maraknya kegiatan demonstrasi, Presiden Soeharto justru menghadiri konferensi G-15 di Kairo, Mesir. Menjelang keberangkatannya, Presiden Soeharto meminta masyarakat tenang dan memahami kenaikan BBM. Meskipun demikian, aksi protes dan kerusuhan masyarakat tetap berlangsung.