Mesir Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia

Mesir Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia

Jika muncul pertanyaan, negara mana yang pertama kali mengakui Kemerdekaan Indonesia? Maka jawabannya adalah Mesir.

Negara nun jauh di sisi timur laut Benua Afrika dengan penduduk mayoritas muslim ini merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Pengakuan Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia ini tidak terlepas dari keberadaan organisasi Ikhwanul Muslimin. Organisasi yang dipimpin oleh Hasan al-Banna ini menjunjung Pan Islamisme yang menentang belenggu kolonialisme Barat di negara-negara Islam. Melalui paham tersebut, Ikhwanul Muslimin berupaya menarik atensi pemerintah dan masyarakat Mesir untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.

Langkah Ikhwanul Muslimin dalam memperjuangkan pengakuan kedaulatan Indonesia disambut baik oleh mahasiswa Indonesia di Universitas Al-Azhar. Salah satu mahasiswa Indonesia yang mendukung perjuangan Ikhwanul Muslimin adalah M. Zein Hassan. Bersama anggota Ikhwanul Muslimin, M. Zein Hassan mengajak mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar untuk menuliskan pandangan mereka mengenai kemerdekaan Indonesia dalam buletin kampus. Dalam perkembangannya, tulisan-tulisan tersebut dimuat dan disebarluaskan oleh surat kabar nasional Mesir. Selain kampanye melalui buletin dan surat kabar, Ikhwanul Muslimin sering mengadakan tablig akbar dan demonstrasi damai di tempat-tempat umum. Memasuki awal 1946, perjuangan Ikhwanul Muslimin mulai menunjukkan hasil. Rakyat Mesir turut bersimpati terhadap kemerdekaan Indonesia.

Meluasnya dukungan rakyat Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia ditindaklanjuti oleh pemerintah Mesir melalui pengakuan kemerdekaan Indonesia secara de facto pada 22 Maret 1946. Melalui forum Liga Arab, pemerintah Mesir juga menyerukan agar Negara-negara Arab lainnya segera mengakui Indonesia sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat. Dalam sidang majelis yang digelar pada 18 November 1946, Liga Arab memberikan pengakuan secara resmi terhadap kemerdekaan Indonesia dilandasi oleh tiga faktor utama. Telusuri faktor-faktor tersebut melalui buku sejarah yang relevan. Selanjutnya, catat hasil penelusuran Anda dalam buku catatan.

Dukungan pemerintah Mesir terhadap kemerdekaan Indonesia kembali diwujudkan dengan mengutus diplomatnya yang bernama Mohammad Abdul Mun’im berkunjung ke Indonesia pada 13-16 Maret 1947. Mohammad Abdul Mun’im merupakan konsulat Jenderal Mesir di Mumbai, India. Menurut buku Abdul Rahman Baswedan: Karya dan Pengabdiannya (1989), kedatangan Mohammad Abdul Mun’im dianggap sebagai tindakan yang berisiko karena wilayah Indonesia sedang berada dalam blokade Belanda. Meskipun demikian, Mohammad Abdul Mun’im berhasil tiba di Yogyakarta dan menyerahkan surat resmi yang berisi dukungan Negara-negara Liga Arab terhadap kemerdekaan Indonesia kepada Presiden Soekarno.

Pada 10 April 1947 Presiden Soekarno mengutus beberapa diplomat untuk mengemban misi kunjungan balasan ke Mesir. Diplomat tersebut antara lain Agus Salim, A.R. Baswedan, Nazir Pamoentjak, dan Rasjidi. Kedatangan diplomat Indonesia mendapatkan atensi besar dari masyarakat Mesir. Bahkan, sejumlah surat kabar Mesir menjadikan peristiwa tersebut sebagai berita utama dalam harian mereka.

Kedatangan diplomat Indonesia yang diutus oleh Presiden Soekarno memicu ketidaksenangan duta besar Belanda di Mesir. Duta besar Belanda menyampaikan keberatan dan protes terbuka kepada pemerintah Mesir karena menganggap Indonesia masih berada di bawah kekuasaan Belanda. Atas dasar tersebut, kebijakan luar negeri apa pun yang mengatasnamakan Indonesia tidak boleh diakui, kecuali atas sepengetahuan Belanda. Pemerintah Belanda mengancam akan memutuskan kerja sama ekonomi dengan Mesir apabila tetap mendukung Indonesia. Belanda juga akan menarik dukungannya terhadap Mesir terkait persoalan Palestina yang dibawa Mesir ke forum PBB.

Ancaman yang dilontarkan Belanda tidak menyebabkan pemerintah Mesir gentar. Bahkan, hubungan Indonesia dan Mesir terus terjalin melalui misi diplomatik lanjutan pada 26 April 1947. Dalam misi tersebut, pemerintah Indonesia mengutus rombongan delegasi yang dipimpin oleh Sutan Sjahrir dan Agus Salim. Berbeda dari misi diplomatik pertama yang singkat, misi diplomatik kedua ini berlangsung cukup intens. Sutan Sjahrir menemui sejumlah pejabat tinggi Mesir dan Liga Arab di Hotel Heriapolis Palace. Salah satu keputusan penting dalam pertemuan tersebut adalah rencana pemerintah Mesir dan Liga Arab untuk memberikan pengakuan secara de jure terhadap kemerdekaan Indonesia.

Setelah melaksanakan pertemuan dengan Liga Arab, delegasi Indonesia menemui Hasan al-Banna dan petinggi Ikhwanul Muslimin. Pertemuan yang berlangsung pada 6 Mei 1947 tersebut disambut antusias oleh ribuan pendukung Ikhwanul Muslimin. Mewakili masyarakat Indonesia, Sutan Sjahrir menyampaikan terima kasih atas dukungan Ikhwanul Muslimin secara khusus dan rakyat Mesir secara umum terhadap kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, pada 10 Juni 1947 Mesir dan Liga Arab memberikan pengakuan de jure kepada Republik Indonesia. Keputusan tersebut menjadikan Mesir sebagai Negara pertama di dunia yang mengakui kedaulatan Indonesia.

Komentar