Sejarah Dukungan India dalam Kemerdekaan Indonesia

Sejarah dukungan India terhadap Kemerdekaan Indonesia
Dukungan india terhadap Kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari perasaan senasib dan seperjuangan. Pada awal abad XX India dan Indonesia merupakan dua negara Asing yang sama-sama berjuang dari belenggu kolonialisme bangsa Barat. Dalam perkembangannya, India dan Indonesia saling mendukung dalam memperoleh kemerdekaan serta pengakuan kedaulatan.
Simpati India atas kemerdekaannya Indonesia berkaitan dengan pelaksanaan diplomasi beras. Apa yang di maksud diplomasi beras ? Diplomasi beras merujuk pada bantuan beras yang di berikan Indonesia kepada rakyat India. Bertempat di pelabuhan Probolinggo, pada 19 Mei 1946 Perdana Menteri Sutan Sjahrir menyerahkan bantuan 500.000 ton beras kepada perwakilan India di Indonesia, K.L. Punjabi.
Pemberian bantuan beras kepada India menjadi awal hubungan bilateral antara Indonesia dan India. Simpati masyarakat India terhadap Indonesia tampak ketika Belanda melancarkan Agresi Militer 1 pada Juli 1947. Pada saat itu India dengan lantang mengecam agresi militer Belanda di Indonesia. India pun membawa persoalan ini dalam sidang Dewan Keamanan PBB. Dalam sidang yang berlangsung Agustus 1947 tersebut, India menuduh Belanda telah melakukan pendudukam terhadap negara yang kedaulatannya telah di akui secara de facto.
Dukungan India terhadap kedaulatan Indonesia dinyatakan kembali saat Belanda melancarkan Agresi Militer II. Dalam Agresi yang terjadi pada Desember 1948 tersebut, Belanda mengisolasi wilayah Indonesia dengan melakukan blokade dari berbagai penjuru. Perdana Menteri India, Jawaharlal Nehru memerintahkan penerbangan India yang bernama Biju Patnaik untuk membawa diplomat Indonesia ke India. Atas kecerdikan Biju Patnaik, sejumlah diplomat Indoneisa seperti Sutan Sjahrir, A. A. Maramis , Sudarsono, dan L.N. palar berhasil keluar dari blokade Belanda dan terbang menuju India.
Pada Agresi Militer II Belanda menangkap dan menahan Presiden Soekarno dan wakil presiden Moh. Hatta. Meski demikian, Presiden Soekarno telah menyiapkan strategi agar pemerintah Indonesia tetap berjalan. Melalui Moh. Natsir, presiden Soekarno memgirimkan telegram rahasia lepada A.A. Maramis, Sudarsono, dam L.N. Palar untuk mendirikan Pemerintah Republik Indonesia di pengasingan ( Indonesian Government on Exile) di New Delhi, India. Atas nama rakyat India, Jawaharlal Nehru menyatakan dukungan terhadap pemerintah darurat tersebut.
Respons positif India atas kemerdekaan Indonesia kembali ditunjukkan ketua perdana Menteri Jawaharlal Nehru menggagas penyelenggaraan Konferensi Asia (Asuan Conference) pada 20-23 Januari 1949. Konferensi yang dilaksanakan di Kota New Delhi tersebut dihadiri oleh 21 negara Asia yang sebagian besar masih dijajah bangsa Barat. Konferensi Asia menghasilkan empat tuntutan yaitu
Empat Tuntutan Konferensi Asia.
- Mengembalikan pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta.
- Membentuk pemerintahan ad interim di Indonesia agar memiliki kekuatan politik di dalam atau luar negeri paling lambat pada 15 Maret 1949.
- Menarik seluruh militer Belanda dari wilayah Indonesia.
- Belanda harus menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia paling lambat pada 1 Januari 1950